Kamis, 29 September 2011

Arti Sebuah Pengorbanan

 Oleh : Abu Luqman
Ada pepatah jawa yang mengatakan “Jer Basuki Mawa Beya” Setiap cita cita yang mulia itu perlu biaya(pengorbanan).Artinya ketika kita menghendaki atau menginginkan sesuatu maka perlu adanya sebuah usaha dan perlu menyiapkan semua hal untuk mendukung terealisasinya keinginan kita itu,Ketika kita menginginkan anak kita pandai maka kita harus menyiapkan dana yang cukup untuk memasukan mereka ke sekolah yang bagus dan selalu mendorong mereka untuk rajin dalam belajar
Begitu juga ketika kita menginginkan untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang bahagia dengan mendapatkan syurga Allah ta’ala maka kita juga harus berusaha dengan sungguh sungguh dan menyiapkan biaya untuk mendukung usaha kita mendapatka syurga Allah itu,tidak mungkin syurga itu bisa didapatkan oleh orang orang yang hanya bermalas malasan tidak mau berusaha atau hanya berdiam diri menanti takdir dari allah,seperti orang yang mencari nafkah maka tidak mungkin ia mendapatkannya hanya dengan berdiam pasti memerlukan usaha untuk mendapatkan nafkah tersebut

Surga itu murah,neraka itu mahal

Ketika proses penciptaan syurga dan neraka,setelah selesai allah menciptakan surga maka Allah memanggil jibril dan memintanya untuk melihatnya dan memberikan komentar “Yaa Allah engkau menciptakan syurga dengan begitu indahnya maka kami yakin bahwa banyak dari manusia yang ingin memasuki dan tinggal didalamnya”.
Kemudian Allah memberikan pagar pada syurga itu ketaatan kepada Allah ,dan Allah meminta lagi pendapat dari jibril,kemudian jibril berkata “Yaa Allah setelah engkau memagari syurga dengan ketaatan kepadaMu maka kamu ragu apakah manusia mau memasukinya”
Begitu juga ketika Allah selesai menciptakan Neraka ,maka allah meminta jibril untuk melihatnya dan memberikan pendapatnya dan jibril berkata “Yaa Allah engkau telah menciptakan neraka dengan sedemikian menakutkannya,kami yakin tidak ada satu manusia pun yang ingin masuk kedalamnya,apalagi tinggal didalamnya”,kemudian allah memberikan pagar disekeliling neraka itu dengan kenikmatan dunia dan meminta kembali pada jibril untuk berpendapat,jibrilpun berkata “Yaa Allah setelah engkau memagari neraka itu dengan indahnya kehidupan dunia maka kami yakin nanti akan banyak dari manusia yang ingin masuk kedalam neraka itu.
Syurga itu dipagari dengan ketaatan kepada Allah,artinya untuk bisa masuk kedalam surga itu kita harus bisa melewati pagar pembatas tersebuit dengan taat kepada allah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan laranganNya,Seperi Sholat,puasa,zakat dlll sholat dan puasa itu bisa kita lakukan dengan biaya yang cukup murah bahkan kadang tidak memerlukan biaya,zakat itu hanya 2,5 % dari harta kita,haji hanya untuk orang yang sudah mampu.
Kalo kita bandingkan dengan jalan menuju neraka allah yang dipagari dengan indahnya kenikmatan dunia semua itu tidak sebanding,seseorang yang hendak bermaksiat kepada Allah memerlukan biaya yang luar biasa banyaknya,sebuah contoh ketika seseorang hendak mabuk mabukan maka dia harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli minuman keras dan semua sarana sarana unutk hal itu.Seseorang yang hendak berzina dia harus mengeluarkan biaya yang banyak untuk membayar pelacur.

Kendati murah banyak yang enggan

Rosulullah bersabda “semua umatku akan masuk surga,kecuali yang enggan,barang siapa yang mentaati aku maka dia akan masuk surga ,barang siapa yang membangkang maka dialah yang enggan”
Rosulullah telah memberikan kepada kita tiket menuju surga tinggal kita mau mengambilnya atau tidak,ketika kita hendak mengambilnya maka kita harus taat kepada Allah dan rosulnya dan kita harus menyiapakan semua apa ynag kita miliki mulai dari diri kita sampai harta kita untuk mempermudah ketaatan kita kepada Allah,akan tetapi jika kita tidak mau taat kepada Allah dan rosulnya maka kita tergolong orang yang enggan kepada surga dan tidak mau mengambil tiket masuk surga yang telah dijanjikan oleh Rosulullah.
Karena pada dasarnya manusia itu lebih cenderung pada kehidupan dunia dan ditambah dengan tipu daya setan maka banyak kita dapati dari manusia yang lebih cenderung pada kenikmatan dunia yang akan membawanya kapada neraka allah walaupun itu memerlukan biaya yang sangat mahal dari pada ketaatan kepada Allah yang bisa kita laksanakan dengan biaya yang lebih sedikit..Waallhu’alam

Selengkapnya......

Selasa, 27 September 2011

Mengulas Hakekat Zuhud

(Tajuk: Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX)

Bicara masalah zuhud, mungkin yang tergambar dalam benak kita sesosok pribadi berpenampilan seadanya, bila tak disebut kumuh, lecek, kumal, tidak peduli dengan penampilan, dan bahkan memutuskan hubungan dengan dunia. atau sosok lain yang gandrung menyepi, baik di tempat keramat ataupun masjid saja, yang sebenarnya lebih pantas dijuluki sebagai pengangguran daripada dengan sebutan ahli ibadah. Seolah-olah dunia bukan bagian hidupnya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah demikian ini pengejawantahan sikap zuhud dalam Islam. Bukankah sahabat Abdurrahman bin Auf radhiyallâhu'anhu merupakan saudagar yang kaya raya? Bukankah Abu Bakar radhiyallâhu'anhu sangat gemar membantu dan membebaskan para budak dengan harta bendanya? Atau lihat juga potret jutawan yang bernama Utsman bin Affan yang kontribusi materilnya sangat besar terhadap kaum muslimin? Di sisi yang lain kita menyaksikan kondisi Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu yang papa, sehingga beliau harus mengganjal perutnya? Atau juga sahabat Abu Dzar Al Ghiffari radhiyallâhu'anhu yang lari untuk menghindari kekuasaan? Apakah itu semua berarti adanya kontradiksi pola kehidupan di antara mereka, para sahabat Nabi tersebut? Para sahabat Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam ini, telah menjalani masa-masa kehidupannya dengan begitu cemerlang. Mereka –para sahabat– merupakan pribadi-pribadi yang terpuji. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam menyebutnya sebagai generasi terbaik. Maka mereka pun menjadi orang-orang pilihan yang menjadi cermin nyata bagi generasi selanjutnya, sampai sekarang. Termasuk di dalamnya, kacamata mereka dalam memandang hakikat zuhud. Ini pun juga perlu menjadi rujukan oleh umat. Zuhud ternyata tidak mesti identik dengan ilustrasi keadaan yang seadanya dan “mengenaskan”.

Zuhud, sebagaimana diuraikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullâh:

“Meninggalkan rasa gemar terhadap perkara yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Yaitu perkara mubah yang berlebih dan tidak dapat digunakan untuk mendukung ketaatan kepada Allâh disertai sikap percaya penuh terhadap apa yang ada di sisi Allâh”.

Zuhud secara praktisnya tercermin pada pengekangan seorang hamba dari perkara haram, makruh, dan obyek yang mubah tetapi berlebihan, mengosongkan dunia dari godaan yang bersifat duniawi dan mewaspadai perkara yang masih bersifat syubhat, kabur status hukumnya. Lebih jelasnya, mari kita lihat firman Allâh Ta'âla di bawah ini:

QS Al Qashash : 77

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allâh kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allâh telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS Al Qashash : 77)


Ibnu Katsir rahimahullâh menjelaskan ayat ini dengan pernyataannya:

“Pergunakanlah karunia yang telah Allâh berikan kepadamu berupa harta dan kenikmatan yang berlimpah ini, untuk mentaati Rabb-mu dan mendekatkan diri kepadaNya dengan berbagai bentuk ketaatan. Dengan itu, kamu memperoleh balasan di dunia dan pahala di akhirat. Firman Allâh ‘Janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi’, yaitu segala sesuatu yang diperbolehkan Allâh, yang berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan pernikahan. Sesungguhnya Allâh mempunyai hak atas dirimu. Jiwa ragamu juga mempunyai hak atas dirimu. Keluargamu juga mempunyai hak atas dirimu. Tamumu juga mempunyai hak atas dirimu. Maka berikanlah tiap-tiap hak kepada pemilikinya.”

Dengan spirit ayat di atas, Islam mengarahkan agar manusia hidup seimbang, tidak menutup mata dari kenikmatan dunia yang telah digelar, tidak pincang dengan menganaktirikan dunia yang pasti dibutuhkan, termasuk di dalamnya menyikapi perkembangan teknologi. Asalkan semua berguna bagi kehidupan akhirat.

Dengan memahami arti zuhud dengan benar, seorang muslim tidak terjebak pada provokasi orang sufi yang salah kaprah memahami makna zuhud; entah dengan cara menjauhi dunia secara totalitas, produk yang mubah, mengutamakan hidup “di bawah garis kemiskinan”, atau antipati terhadap hubungan suci antar lawan jenis yang disyariatkan (baca: pernikahan).

Sekali lagi, pemahaman yang menyimpang akan selalu menjadi bumerang buat setiap orang, meskipun ia telah didaulat sebagai ulama terdepan.

Sebaik-baik sepak terjang seorang hamba adalah yang senantiasa dipayungi dengan cahaya tuntunan Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam. Dan seburuk-buruknya ialah yang berseberangan dengan Nur Ilahi yang sudah terpancar dan diimplementasikan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau.

Selengkapnya......

Sabtu, 24 September 2011

Melucuti Senjata Mukmin

“Ashshilatul mukminin Ad Du’a”(Senjatanya seorang mukmin adalah doa”
Ibarat sebuah pasukan yang akan melakukan pertempuran mereka sangat memerlukan perlengkapan senjata yang memadai untuk bisa memenangkan pertempuran itu,apa jadinya jika mereka maju ke medan perang hanya bermodalkan semangat saja tanpa membawa sejata,maka mereka hanya akan mati konyol.
Begitu juga seorang mukmin dalam rangka memenangkan perjuangan hidup didunia ini untuk mencapai surga Allah ta’ala juga memerlukan senjata yang bisa menyelamatkan mereka tatkala kemampuan manusiawi mereka sudah tidak mampu lagi,senjata itu adalah Doa.
Dalam banyak riwayat kisah kisah terdahulu dapat kita lihat betapa dasyatnya kekuatan doa dan dzikir kepada Allah dalam menyelamatkan manusia dari kesulitan.
Salah satu contohnya adalah kisah Nabi Yunus a.s yang ditelan oleh ikan paus.Di dalam perut ikan paus tersebut nabi yunus hanya melantunkan doa dan dzikir kepada Allah yang sangat masyur dan diabadikan dalam Al Qur’an, “Laa illaha illa anta,subhanaka inni kuntu minadhdholimin” dan akhirnya Allah mengeluarkan nabi yunus dari perut ikan paus tersebut dalm kondisi sehat.
Juga kisah tiga orang yang terjebak dalam gua yang tertutup batu yang sangat besar yang tidak bisa digerakkan oleh manusia sedikitpun,Akhirnya mereka berdoa kepada Allah dengan menunjukkan amal amalnya dan akhirnya sedikit demi sedikit batu itu tergeser dan akhirnya mereka bisa keluar dari gua tersebut.
Akan tetapi iblis yang sejak awal mula penciptaan manusia sudah tidak senang dan berupaya untuk menyesatkan manusia tidak tinggal diam begitu saja melihat begitu dasyatnya kekuatan doa tersebut,iblis terus berupaya untuk memalingkan manusia dan membuat lupa manusia akan kedasyatan dari kekuatan doa tersebut dengan membisikan manusia bahwa semua apa yang telah dia peroleh itu adalah hasildari kepandaiannya,usahanya,dan semua jerih payahnya sehingga mereka melupakan satu unsur yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia yaitu campur tangan Allah,sehingga mereka akan lupa berdoa untuk memohon pertolongan kepada Allah atas semua usahanya.
Cara yang lain dari iblis agar manusia terlupakan dan melupakan dengan doa kepada Allah adalah dengan membuat manusia berputus asa terhadap doa kepada Allah,karena mungkin doa yang selama ini dilantunkan tidak kunjung dikabulkan oleh Allah ta’ala,padahal ketika doa itu tidak dikabulakan oleh Allah itu banyak sekali faktornya,bisa jadi karena doa itu terhalang karena banyak hal hal yang haram yang ada dalam diri kita,atau mungkin Allah gantikan doa tersebut dengan hal yang lebih baik bagi kita,atau mungkin Allah akan berikan doa tersebut dilain waktu,atau Allah gantikan doa tersebut menjadi pahala yang akan menjadi tabungan kita dan memperberat timbangan amal kita dia akhirat.
Jika langkah langkah iblis tersebut telah berhasil maka manusia akan melupakan berdoa kepada allah dan hanya mengandalkan usahanya saja,nah ketika sudah seperti itu maka manusia ibarat tentara yang maju ke medan perang tanpa senjata,maka pasti akan binasa…. Wallahu ‘alam

Selengkapnya......

Rabu, 14 September 2011

Waspadalah…!!!!! Tipu Daya Syetan

Oleh:Abu Luqman
Ketika iblis diusir oleh Allah dari surga karena membangkang perintah-Nya untuk bersujud pada Nabi Adam,mereka meminta kepada Allah untuk ditangguhkan siksanya sampai hari kiamat dan meminta ijin untuk mencari teman yang akan menemaninya di dalam neraka dari golongan keturunan Nabi Adam dengan menyesatkan mereka dari jalan Allah..Dan semua permintaan itu dikabulkan oleh Allah ta’ala.

Dan mulai saat itulah perseteruan antara manusia dan iblis dimulai,dan mulai saat itu iblis senantiasa berusaha untuk menambah jumlah pengikutnya menuju nerakanya Allah,iblis menyiapakan semua cara,semua jalan agar anak keturunan adam bisa menjadi pengikutnya baik secara sadar maupun tidak sadar

Langkah langkah iblis atau syetan itu dilakukan dengan beberapa tahapan
Langkah pertama iblis adalah dengan menghias hias kemaksiatan atau dosa menjadi sesuatu yang indah dalam pandangan manusia sehingga mereka lupa dengan ancaman neraka yang ada dibalik kemaksiatan itu sehingga mereka terjerembab dalam indahnya kemaksiatan dan lupa dengan Allah ta’ala.

Langkah yang kedua jika langkah yang pertama gagal,maka setan akan membujuk manusia untuk meninggalkan perintah Allah dengan menyibukkan manusia dengan urusan dunia dan melupakan beribadah kepada Allah sehingga sama saja manusia juga melakukan dosa dengan tidak melakukan perintah Allah.

Langkah yang ketiga adalah dengan memalingkan manusia dari ibadah sunnah dan mengarahkannya pada ibadah ibadah bid’ah.Hal ini sangat berbahaya bagi manusia karena mereka akan tertipu seolah olah mereka melkukan amalan yang pahalanya besar yang akan menghantarnya pada surga Allah tetapi ternyata amalan itu tertolak oleh Allah sebagaimana yang disabdakan oleh Rosulullah dalam hadistnya:
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya ), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak).
Mereka akan menjadi orang yang merasa mempunyai pahala yang sebesar gunung ketika mengahadap Allah tetapi dihadapan Allah amalan itu hanya seperti debu yang berterbangan.yang hanya akan menghantarnya ke neraka.

Langkah yang terakhir adalah dengan membujuk manusia kepada berlebihan dalam hal hal yang mubah seperti makan berlebihan,tidur berlebihan.dll,semua itu sekilas tidak akan membawa dampak yang buruk bagi manusia terhadap kehidupan akhiratnya,tetapi kalo kita kaji lebih jauh ternyata hal hal tersebut sangat berbahaya ,makan dan tidur berlebihan akan membuat manusia menjadi malas dalam beribadah kepada Allah yang akhirnya juga menyeret manusia pada kerusakan,karena pada hakekatnya semua itu adalah menuruti nafsu manusia,padahal nafsu itu selalu menyuruh manusia pada kerusakan kecuali nafsu yang dikendalikan oleh Allah dengan Dien.
Mudah mudahan kita terlindung dari semua tipu daya dan langkah langkah penyesatan yang dilakukan oleh iblis dan seluruh bala tentaranya….amiin.


Selengkapnya......

Senin, 12 September 2011

Wanita Hitam Pemetik Surga

Diriwayatkan oleh Atha’ bin Abi Rabah,dia berkata:”telah berkata kepadaku Abdullah bin Abbas:”Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita dari penghuni surga?maka aku berkata:tentu,kemudian Abdullah berkata”Wanita hitam dia pernah mendatangi Rosulullah lalu dia berkata:”aku kena penyakit usro’un(ayan/epilepsi) jikalau penyakitku kambuh auratku tersingkap maka do’akanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku”.Maka Nabi berkata:”Jikalau aku do’akan kepada Allah,pasti sembuh.Akan tetapi kalau kamu sabar maka bagimu surga”.Maka wanita itu berkata:”Ashbiru (aku akan bersabar),Akan tetapi do’akan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku,auratku tidak tersingkap”.Maka Nabi pun mendoakannya sehingga tiap kali kambuh Allah menjaga auratnya.  
Dari kisah tadi dapat kita lihat dan kita ambil pelajaran bahwa seorang wanita yang berkulit hitam yang mungkin tidak ada yang istimewa dihadapan manusia di tambah dia mempunyai penyakit ayan yang bagi kebanyakan orang itu adalah penyakit yang menjijikan,ternyata kedudukannya dimata Allah bisa melejit sedemikan hebatnya sehingga menjadi salah satu dari ahli surga.
Itu semua bisa diperoleh karena ketaqwaannya kepada Allah ta’ala dan rasa malu yang begitu kuat yang ada pada dirinya.
Ketaqwaannya menghantarkanya untuk bisa sabar terhadap apa yang menimpanya,dia ridha terhadap ketentuan Allah menimpanya dan menukarnya dengan surga akibat kesabarannya.
Rasa malu yang begitu kuat membuatnya berusaha untuk menjaga auratnya agar jangan sampai terbuka walaupaun dia dalam keadaan yang tidak sadar.Sehingga dia tidak meminta doa agar penyakitnya sembuh tetapi dia hanya minta di do’akan agar Allah menjaga auratnya ketika kambuh.
Hal ini sungguh bebeda dengan apa yang kita lihat pada jaman sekarang ini,wanita wanita sekarang justru dalam kondisi sadar,bahkan sangat sadar karena mereka bukanlah orang yang gila, mereka membuka auratnya tanpa ada rasa malu lagi,
Lalu apakah mereka masih mau mengharap surga dari Allah ta’ala……….
Harusnya mereka malu dengan wanita hitam tersebut dalam kondisi yang sedemikianpun dia masih berusaha menjaga auratnya……..Wallahu’alam

Selengkapnya......

Rabu, 07 September 2011

AIR

Seekor anak rusa tampak berlari kecil di tepian sungai. Ia melompat dari bebatuan satu ke bebatuan lain yang berserakan di sepanjang sungai. Rasa dahaganya yang begitu tak tertahankan tidak melunturkan niatnya untuk mencari mata air yang jernih. Karena di situlah, ia dan ibunya biasa minum.
Sayangnya, karena longsoran tanah tepian sungai, mata air tampak tidak lagi jernih. Warnanya agak kecoklatan. “Ih, kok tidak jernih,” ujar anak rusa sambil mencari aliran mata air ke arah aliran sungai.
Ia terus menelusuri aliran sungai yang berada lebih bawah dari lokasi mata air. Sayangnya, kian ke bawah, semua anak mata air yang ia temui berwarna sama: coklat keruh. Dan kian kebawah, warnanya lebih keruh lagi.
Kecewa dengan apa yang ia temukan, sang anak rusa pun berlari meninggalkan sungai menuju semak-semak di mana ibunya berada.
”Kamu sudah minum, Nak?” tanya sang ibu rusa ketika mendapati anaknya sudah berada di dekatnya.
”Belum, Bu,” ucap sang anak rusa tampak kesal.
”Kenapa? Kan kamu sudah tahu di mana mata air yang jernih itu berada,” sergah sang ibu rusa kemudian.
”Airnya keruh, Bu. Dan semua anak mata air yang berada di bawahnya pun sama, bahkan lebih keruh lagi,” ungkap sang anak rusa tidak mampu lagi menahan kekecewaannya.
Induk rusa pun menghampiri anaknya lebih dekat lagi. ”Anakku, kamu dapat pelajaran baru dari keruhnya mata air,” ucap sang induk rusa tiba-tiba.
”Maksud ibu?” tanya sang anak rusa begitu penasaran.
”Anakku, kalau mata air yang berada di bagian atas sungai keruh, semua aliran anak mata air di bawahnya akan lebih keruh lagi. Begitulah alam mengajarkan kita,” jelas sang ibu rusa diiringi anggukan anaknya.
**
Ada dahaga ruhani ketika kehidupan di negeri ini kian jauh dari kepuasan jiwa. Orang menjadi begitu jatuh cinta dengan dunia materi, dan tidak lagi perduli dengan orang-orang di sekitarnya.
Pada dahaga itu, orang pun merindukan sumber mata air ruhani nan jernih yang bisa memuaskan rasa haus mereka. Namun, ketika mata air yang berada di atas mulai keruh karena longsoran butiran tanah tepian sungai kehidupan, jangan kecewa ketika anak-anak mata air di bawahnya ditemukan jauh lebih keruh lagi.
Karena begitulah, Allah mengajarkan kita melalui alam ini. (muhammadnuh@eramuslim.com)

Selengkapnya......

Selasa, 06 September 2011

Tetap Istiqomah Setelah Ramadhan

Oleh: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan 
Sufyan bin Abdillah berkata: “Ya Rasulullah, bertahukan aku tentang Islam yang tidak akan aku tanyakan kepada siapapun juga setelah ini.” Beliau berkata: “Katakanlah ‘aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqamahlah.” Hadits ini adalah dalil bahwa seorang hamba diwajibkan, setelah beriman kepada Allah, untuk menjaga dan tetap istiqamah dalam mentaati-Nya dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara yang dilarang. Hal ini dicapai dengan mengikuti jalan yang lurus, yakni agama yang teguh, tanpa melenceng daripadanya ke kiri atau ke kanan. Jika seorang muslim menjumpai Ramadhan dan melewatkan hari-hari Ramadhan dalam puasa dan malam-malamnya dalam shalat, dan dalam bulan itu dia membiasakan dirinya dengan berbuat kebajikan, maka dia harus meneruskan tetap berada di atas ketaatan kepada Allah sepanjang waktu (setelahnya). Ini adalah keadaan sejati seorang hamba, karena sesungguhnya Tuhan bulan itu adalah Esa dan Dia selalu menggawasi dan menyaksikan hamba-hamba-Nya sepanjang waktu. Sungguh, istiqamah setelah Ramadhan dan perbaikan atas perkataan dan perbuatan seseorang adalah tanda-tanda yang paling besar bahwa seseorang telah mendapatkan manfaat dari bulan Ramadhan dan bahwa dia berjuang di dalam ketaatan. Itu adalah tanda diterimanya (ibadah) dan tanda-tanda keberhasilan. Lebih lanjut, amalan seorang hamba tidak akan berakhir dengan berakhirnya bulan (Ramadhan) dan dimulainya bulan yang lain. Bahkan mereka terus berlanjut sampai seseorang menemui ajalnya, karena Allah berfirman: “Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini.” (QS Al-Hijr : 99) 
Apabilah puasa Ramadhan berakhir, maka sesungguhnya puasa-puasa sunnah tetap dianjurkan sepanjang tahun, Alhamdulillah. Bila berdiri dalam shalat pada malam-malam di bulan Ramadhan berakhir, maka sesungguhnya sepanjang tahun adalah waktu untuk melaksanakan shalat malam. Dan jika zakat fitri berakhir, maka masih ada zakat yang diwajbikan sebagaimana sedekah yang berlangsung sepanjang tahun. Demikian halnya dengan membaca Al-Qur’an dan merenungkan maknanya, begitu pula dengan amal-amal kebajikan lainnya yang diinginkan, karena hal-hal tersebut dapat dilaksanakan sepanjang waktu. Diantara banyak nikmat yang Allah berikan kepada hambahamba-Nya adalah Dia jadikan bagi mereka berbagai macam bentuk ibadah dan Dia menyediakan banyak sarana untuk berbuat kebajikan. Oleh karena itu, antusiasme dan semangat kaum muslimin mesti tetap terjaga dan dia harus terus-menerus berada dalam ketaatan kepada Tuannya. Sayang sekali bahwa sebagian orang melaksanakan ibadah dengan melakukan berbagai jenis amal ibadah di bulan Ramadhan – mereka benar-benar menjaga shalat lima waktu di masjid, mereka membaca Al-Qur’an sebanyakbanyaknya dan mereka bersedekah dari hartanya. Namun ketika Ramadhan berakhir, mereka menjadi malas dalam peribadatan mereka. Bahkan terkadang mereka meninggalkan kewajiban baik secara umum seperti shalat berjama’ah, maumpun secara khusus, seperti shalat subuh! Dan mereka bahkan melakukan perkara perkara yang dilarang seperti tidur pada waktu waktu shalat. memperturutkan kebodohan dan kesenangan, dan bercampur-baur di tempat parkir, khususnya pada hari Ied! Memohon pertolongan dari kejahatan-kejahatan ini hanya melalui kemurahan Allah. Karenanya, mereka meruntuhkan apa yang telah mereka bangun dan mereka menghancurkan apa yang telah dirikan. Ini adalah tanda kehilangan dan tanda kekahalahn. Kita memohon penjagaan dan perlindungan kepada Allah. Sungguh, orang-orang seperti ini mengambil contoh bertaubat dan mengurangi amal keburukan sebagai sesuatu yang khusus dan terbatas hanya pada bulan Ramadhan. Sehingga mereka berhenti melakukan amal kebajikan ketika bulan tersebut berakhir. Oleh karenanya, mereka seolah meninggalkan perbuatan dosa demi bulan Ramadhan, dan bukan karena takut kepada Allah! Alangkah buruknya orangorang ini yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya, keberhasilan yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya terletak pada puasa Ramadhan. Dan Allah menolongnya untuk melakukan puasa adalah sebuah anugerah yang besar. Oleh karena itu, hal ini menyeru kepada hamba untuk bersyukur kepada Tuhan-nya. Dan pemahaman ini dapat ditemukan dalam firman Allah, setelah menyempurnakan bulan puasa: “ “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah [2] : 185). Maka seseorang yang bersyukur karena telah berpuasa, dia akan tetap pada kondisi yang demikian dan tetap mengerjakan amal-amal shalih. Sesungguhnya, sejatinya adab seorang Muslim adalah dia yang memuji dan bersyukur kepada Tuhannya karena dianugerahi kemampuan untuk berpuasa dan melakukan shalat malam. Keadaannya setelah Ramadhan lebih baik daripada sebelum Ramadhan. Dia lebih siap untuk taat, mengingikan perbuatan kebajikan dan bersegera melaksanakan kewajiban. Inilah orang yang takut puasanya tidak diterima, karena sesungguhnya Allah hanya menerima (amal ibadah) dari orang orang yang bertakwa. Para salafus shalih berusaha untuk mencukupkan dan menyempurnakan amalan-amalan mereka, berharap setelahnya amalan-amalan erseubt dapat diterima dan kahwatir apabila amalan-amalan tersebut ditolak. Diriwayatkan dari Alixbahwa dia berkata: “Perhatikanlah agar amalmu diterima dan bukan amal itu sendiri. Tidakkan engkau mendengar firman Allah: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al- Ma’idah [5] : 27) Aisyah c berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah s mengenai ayat: “Dan orang-orang ang menafkahkan harta mereka yang mereka berikan dengan hari yang gemetar karena tkut.’ Apakah mereka orang-orang yang minum khamr dan mencuri?” Beliau s menjawab: “Tidak, wahai puteri As-Siddiq. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan shalat dan berinfaq, namun mereka takut tidak diterima dari mereka. Mereka adalah orangorang yang bersegera dalam kebajikan dan mereka adalah orang yang pertama-tama mengerjakannya.” Maka berhati-hatilah, dan sekali lagi berhatihatilah – dari berpaling ke belakang setelah mendapatkan petunjuk, dari tersesat setelah terlindungi! Dan mohonlah kepada Allah untuk menjadikanmu kekuatan dalam mengerjakan amal shalih dan terus-menerus melaksanakan amal kebajikan. Dan mohonlah kepada Allah agar Dia mebemrikan kepadamu husnul khatimah, agar Dia menerima Ramadhan dari kita. Sumber: Ahadits Ash-Shiyam: Ahkam wa Adab (hal.

Selengkapnya......

Senin, 05 September 2011

Mahalnya Persatuan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan dimuliakan oleh Allah ta’ala,bulan yang Allah turunkan padanya rahmat dan barokahnya,bulan yang Allah buka lebar lebar pintu pengampunan bagi hambanya,bulan yang Allah janjikan bagi orang orang yang beriman untuk dibebaskan dari siksaan api neraka.Pada bulan yang mulia ini pula Allah turunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia,dan Allah jadikan sebuah malam pada bulan ini satu malam yang lebih mulia dari 1000 bulan. Salah satu dari sekian banyak nilai yang diajarkan oleh ramadhan adalah nilai persatuan umat atau yang sering disebut dengan ukhuwah islamiyah,karena ibadah ramadhan bukanlah ibadah yang dilakukan secara individual tetapi ibadah ibadah yang ada pada bulan ramadhan adalah ibadah yang sifatnya jama’iyah atau ibadah yang dilakukan bersama jama’ah kaum muslimin karena ibadah itu menyangkut syiar kaum muslimin,sebagaimana yang disabdakan oleh Rosulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaik Al Albani. “Hari Puasa kalian adalah hari dimana kalian semua berpuasa,dan idul fitri adalah hari dimana kalian semua berbuka(Berhari raya)” Begitu indahnya Rosulullah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa berpuasa dan berhari raya harus dilaksanakan bersama dengan jama’ah kaum muslimin. Akan tetapi apa yang terjadi dan apa yang kita saksikan di negara yang kita cintai ini,ketika penetapan akhir ramadhan dan awal syawal 1432 H beberapa waktu yang lalu,bisa kita saksikan ketika sidang isbat masing masing ormas tidak lagi mengedepankan semangat persatuan umat,tetapi masing masing mengedepankan atau berusaha agar pendapatnyalah yang dibenarkan dan dipakai tanpa memperhatikan lagi kepentingan umat secara umum. Kalau kita kembali pada konsep persatuan atau ukhuwah islamiyah,tentumya kalau ada perbedaan maka salah satu harus ada yang merelakan hati dan melapangkan dada untuk menerima pendapat orang lain demi mencapai satu kesepakatan bersama yang dianggap paling benar untuk kepentingan umat. Para Salafushsholih telah memberikan contoh yang nyata bagi kita semua,apabila ada perbedaan antara mereka,untuk kepentingan ukhuwah mereka bersedia meninggalkan sunnah demi menjaga ukhuwah islamiyah. Untuk kepentingan ukhuwah kita harus rela mengorbankan idialisme dan hawa nafsu kita untuk kemashlahatan yang lebih besar.Para ulama memberikan satu kaidah bahwa “Meninggalkan sunnah menuju sunnah yang lain adalah bagian dari sunnah”,artinya ketika kita meniggalkan pendapat kita yang kita anggap benar dan mengikuti pendapat orang lain yang mungkin juga benar demi menjaga ukhuwah islamiyah itu adalah bagian dari sunnah.Wallahu ‘alam

Selengkapnya......