Selasa, 06 September 2011

Tetap Istiqomah Setelah Ramadhan

Oleh: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan 
Sufyan bin Abdillah berkata: “Ya Rasulullah, bertahukan aku tentang Islam yang tidak akan aku tanyakan kepada siapapun juga setelah ini.” Beliau berkata: “Katakanlah ‘aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqamahlah.” Hadits ini adalah dalil bahwa seorang hamba diwajibkan, setelah beriman kepada Allah, untuk menjaga dan tetap istiqamah dalam mentaati-Nya dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara yang dilarang. Hal ini dicapai dengan mengikuti jalan yang lurus, yakni agama yang teguh, tanpa melenceng daripadanya ke kiri atau ke kanan. Jika seorang muslim menjumpai Ramadhan dan melewatkan hari-hari Ramadhan dalam puasa dan malam-malamnya dalam shalat, dan dalam bulan itu dia membiasakan dirinya dengan berbuat kebajikan, maka dia harus meneruskan tetap berada di atas ketaatan kepada Allah sepanjang waktu (setelahnya). Ini adalah keadaan sejati seorang hamba, karena sesungguhnya Tuhan bulan itu adalah Esa dan Dia selalu menggawasi dan menyaksikan hamba-hamba-Nya sepanjang waktu. Sungguh, istiqamah setelah Ramadhan dan perbaikan atas perkataan dan perbuatan seseorang adalah tanda-tanda yang paling besar bahwa seseorang telah mendapatkan manfaat dari bulan Ramadhan dan bahwa dia berjuang di dalam ketaatan. Itu adalah tanda diterimanya (ibadah) dan tanda-tanda keberhasilan. Lebih lanjut, amalan seorang hamba tidak akan berakhir dengan berakhirnya bulan (Ramadhan) dan dimulainya bulan yang lain. Bahkan mereka terus berlanjut sampai seseorang menemui ajalnya, karena Allah berfirman: “Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini.” (QS Al-Hijr : 99) 
Apabilah puasa Ramadhan berakhir, maka sesungguhnya puasa-puasa sunnah tetap dianjurkan sepanjang tahun, Alhamdulillah. Bila berdiri dalam shalat pada malam-malam di bulan Ramadhan berakhir, maka sesungguhnya sepanjang tahun adalah waktu untuk melaksanakan shalat malam. Dan jika zakat fitri berakhir, maka masih ada zakat yang diwajbikan sebagaimana sedekah yang berlangsung sepanjang tahun. Demikian halnya dengan membaca Al-Qur’an dan merenungkan maknanya, begitu pula dengan amal-amal kebajikan lainnya yang diinginkan, karena hal-hal tersebut dapat dilaksanakan sepanjang waktu. Diantara banyak nikmat yang Allah berikan kepada hambahamba-Nya adalah Dia jadikan bagi mereka berbagai macam bentuk ibadah dan Dia menyediakan banyak sarana untuk berbuat kebajikan. Oleh karena itu, antusiasme dan semangat kaum muslimin mesti tetap terjaga dan dia harus terus-menerus berada dalam ketaatan kepada Tuannya. Sayang sekali bahwa sebagian orang melaksanakan ibadah dengan melakukan berbagai jenis amal ibadah di bulan Ramadhan – mereka benar-benar menjaga shalat lima waktu di masjid, mereka membaca Al-Qur’an sebanyakbanyaknya dan mereka bersedekah dari hartanya. Namun ketika Ramadhan berakhir, mereka menjadi malas dalam peribadatan mereka. Bahkan terkadang mereka meninggalkan kewajiban baik secara umum seperti shalat berjama’ah, maumpun secara khusus, seperti shalat subuh! Dan mereka bahkan melakukan perkara perkara yang dilarang seperti tidur pada waktu waktu shalat. memperturutkan kebodohan dan kesenangan, dan bercampur-baur di tempat parkir, khususnya pada hari Ied! Memohon pertolongan dari kejahatan-kejahatan ini hanya melalui kemurahan Allah. Karenanya, mereka meruntuhkan apa yang telah mereka bangun dan mereka menghancurkan apa yang telah dirikan. Ini adalah tanda kehilangan dan tanda kekahalahn. Kita memohon penjagaan dan perlindungan kepada Allah. Sungguh, orang-orang seperti ini mengambil contoh bertaubat dan mengurangi amal keburukan sebagai sesuatu yang khusus dan terbatas hanya pada bulan Ramadhan. Sehingga mereka berhenti melakukan amal kebajikan ketika bulan tersebut berakhir. Oleh karenanya, mereka seolah meninggalkan perbuatan dosa demi bulan Ramadhan, dan bukan karena takut kepada Allah! Alangkah buruknya orangorang ini yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya, keberhasilan yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya terletak pada puasa Ramadhan. Dan Allah menolongnya untuk melakukan puasa adalah sebuah anugerah yang besar. Oleh karena itu, hal ini menyeru kepada hamba untuk bersyukur kepada Tuhan-nya. Dan pemahaman ini dapat ditemukan dalam firman Allah, setelah menyempurnakan bulan puasa: “ “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah [2] : 185). Maka seseorang yang bersyukur karena telah berpuasa, dia akan tetap pada kondisi yang demikian dan tetap mengerjakan amal-amal shalih. Sesungguhnya, sejatinya adab seorang Muslim adalah dia yang memuji dan bersyukur kepada Tuhannya karena dianugerahi kemampuan untuk berpuasa dan melakukan shalat malam. Keadaannya setelah Ramadhan lebih baik daripada sebelum Ramadhan. Dia lebih siap untuk taat, mengingikan perbuatan kebajikan dan bersegera melaksanakan kewajiban. Inilah orang yang takut puasanya tidak diterima, karena sesungguhnya Allah hanya menerima (amal ibadah) dari orang orang yang bertakwa. Para salafus shalih berusaha untuk mencukupkan dan menyempurnakan amalan-amalan mereka, berharap setelahnya amalan-amalan erseubt dapat diterima dan kahwatir apabila amalan-amalan tersebut ditolak. Diriwayatkan dari Alixbahwa dia berkata: “Perhatikanlah agar amalmu diterima dan bukan amal itu sendiri. Tidakkan engkau mendengar firman Allah: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al- Ma’idah [5] : 27) Aisyah c berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah s mengenai ayat: “Dan orang-orang ang menafkahkan harta mereka yang mereka berikan dengan hari yang gemetar karena tkut.’ Apakah mereka orang-orang yang minum khamr dan mencuri?” Beliau s menjawab: “Tidak, wahai puteri As-Siddiq. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan shalat dan berinfaq, namun mereka takut tidak diterima dari mereka. Mereka adalah orangorang yang bersegera dalam kebajikan dan mereka adalah orang yang pertama-tama mengerjakannya.” Maka berhati-hatilah, dan sekali lagi berhatihatilah – dari berpaling ke belakang setelah mendapatkan petunjuk, dari tersesat setelah terlindungi! Dan mohonlah kepada Allah untuk menjadikanmu kekuatan dalam mengerjakan amal shalih dan terus-menerus melaksanakan amal kebajikan. Dan mohonlah kepada Allah agar Dia mebemrikan kepadamu husnul khatimah, agar Dia menerima Ramadhan dari kita. Sumber: Ahadits Ash-Shiyam: Ahkam wa Adab (hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar