Oleh: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Sufyan bin Abdillah berkata:
“Ya Rasulullah, bertahukan aku
tentang Islam yang tidak akan aku tanyakan
kepada siapapun juga setelah ini.”
Beliau berkata: “Katakanlah ‘aku beriman
kepada Allah’, kemudian istiqamahlah.”
Hadits ini adalah dalil bahwa seorang
hamba diwajibkan, setelah beriman
kepada Allah, untuk menjaga dan tetap
istiqamah dalam mentaati-Nya dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi
perkara yang dilarang. Hal ini dicapai dengan
mengikuti jalan yang lurus, yakni
agama yang teguh, tanpa melenceng daripadanya
ke kiri atau ke kanan.
Jika seorang muslim menjumpai Ramadhan
dan melewatkan hari-hari Ramadhan
dalam puasa dan malam-malamnya dalam
shalat, dan dalam bulan itu dia membiasakan
dirinya dengan berbuat kebajikan,
maka dia harus meneruskan tetap berada
di atas ketaatan kepada Allah sepanjang
waktu (setelahnya). Ini adalah keadaan
sejati seorang hamba, karena sesungguhnya
Tuhan bulan itu adalah Esa
dan Dia selalu menggawasi dan menyaksikan
hamba-hamba-Nya sepanjang waktu.
Sungguh, istiqamah setelah Ramadhan
dan perbaikan atas perkataan dan perbuatan
seseorang adalah tanda-tanda
yang paling besar bahwa seseorang telah
mendapatkan manfaat dari bulan Ramadhan
dan bahwa dia berjuang di dalam
ketaatan. Itu adalah tanda diterimanya
(ibadah) dan tanda-tanda keberhasilan.
Lebih lanjut, amalan seorang hamba tidak
akan berakhir dengan berakhirnya bulan
(Ramadhan) dan dimulainya bulan yang
lain. Bahkan mereka terus berlanjut sampai
seseorang menemui ajalnya, karena
Allah berfirman:
“Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang
kepadamu yang diyakini.” (QS Al-Hijr : 99)
Apabilah puasa Ramadhan berakhir, maka sesungguhnya
puasa-puasa sunnah tetap dianjurkan
sepanjang tahun, Alhamdulillah. Bila berdiri
dalam shalat pada malam-malam di bulan
Ramadhan berakhir, maka sesungguhnya
sepanjang tahun adalah waktu untuk melaksanakan
shalat malam. Dan jika zakat fitri
berakhir, maka masih ada zakat yang diwajbikan
sebagaimana sedekah yang berlangsung
sepanjang tahun. Demikian halnya dengan
membaca Al-Qur’an dan merenungkan
maknanya, begitu pula dengan amal-amal kebajikan
lainnya yang diinginkan, karena hal-hal
tersebut dapat dilaksanakan sepanjang waktu.
Diantara banyak nikmat yang Allah berikan
kepada hambahamba-Nya adalah Dia jadikan
bagi mereka berbagai macam bentuk ibadah
dan Dia menyediakan banyak sarana untuk berbuat
kebajikan. Oleh karena itu, antusiasme dan
semangat kaum muslimin mesti tetap terjaga
dan dia harus terus-menerus berada dalam
ketaatan kepada Tuannya.
Sayang sekali bahwa sebagian orang melaksanakan
ibadah dengan melakukan berbagai
jenis amal ibadah di bulan Ramadhan – mereka
benar-benar menjaga shalat lima waktu di masjid,
mereka membaca Al-Qur’an sebanyakbanyaknya
dan mereka bersedekah dari hartanya.
Namun ketika Ramadhan berakhir,
mereka menjadi malas dalam peribadatan
mereka. Bahkan terkadang mereka meninggalkan
kewajiban baik secara umum seperti shalat
berjama’ah, maumpun secara khusus, seperti
shalat subuh!
Dan mereka bahkan melakukan perkara perkara
yang dilarang seperti tidur pada waktu waktu
shalat. memperturutkan kebodohan dan
kesenangan, dan bercampur-baur di tempat
parkir, khususnya pada hari Ied! Memohon pertolongan
dari kejahatan-kejahatan ini hanya
melalui kemurahan Allah. Karenanya,
mereka meruntuhkan apa yang telah
mereka bangun dan mereka menghancurkan
apa yang telah dirikan. Ini adalah
tanda kehilangan dan tanda kekahalahn.
Kita memohon penjagaan dan perlindungan
kepada Allah.
Sungguh, orang-orang seperti ini mengambil
contoh bertaubat dan mengurangi
amal keburukan sebagai sesuatu yang
khusus dan terbatas hanya pada bulan
Ramadhan. Sehingga mereka berhenti melakukan
amal kebajikan ketika bulan tersebut
berakhir. Oleh karenanya, mereka seolah
meninggalkan perbuatan dosa demi
bulan Ramadhan, dan bukan karena takut
kepada Allah! Alangkah buruknya orangorang
ini yang tidak mengenal Allah kecuali
pada bulan Ramadhan.
Sesungguhnya, keberhasilan yang Allah
anugerahkan kepada hamba-Nya terletak
pada puasa Ramadhan. Dan Allah
menolongnya untuk melakukan puasa
adalah sebuah anugerah yang besar. Oleh
karena itu, hal ini menyeru kepada hamba
untuk bersyukur kepada Tuhan-nya. Dan
pemahaman ini dapat ditemukan dalam
firman Allah, setelah menyempurnakan
bulan puasa: “
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
(QS Al-Baqarah [2] : 185).
Maka seseorang yang bersyukur karena
telah berpuasa, dia akan tetap pada
kondisi yang demikian dan tetap mengerjakan
amal-amal shalih.
Sesungguhnya, sejatinya adab seorang
Muslim adalah dia yang memuji dan bersyukur
kepada Tuhannya karena dianugerahi
kemampuan untuk berpuasa dan melakukan
shalat malam. Keadaannya setelah
Ramadhan lebih baik daripada sebelum Ramadhan.
Dia lebih siap untuk taat, mengingikan perbuatan
kebajikan dan bersegera melaksanakan
kewajiban. Inilah orang yang takut puasanya
tidak diterima, karena sesungguhnya Allah
hanya menerima (amal ibadah) dari orang orang
yang bertakwa.
Para salafus shalih berusaha untuk mencukupkan
dan menyempurnakan amalan-amalan
mereka, berharap setelahnya amalan-amalan
erseubt dapat diterima dan kahwatir apabila
amalan-amalan tersebut ditolak. Diriwayatkan
dari Alixbahwa dia berkata: “Perhatikanlah agar
amalmu diterima dan bukan amal itu sendiri.
Tidakkan engkau mendengar firman Allah:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban)
dari orang-orang yang bertakwa". (QS Al-
Ma’idah [5] : 27)
Aisyah c berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah
s mengenai ayat: “Dan orang-orang ang
menafkahkan harta mereka yang mereka berikan
dengan hari yang gemetar karena tkut.’
Apakah mereka orang-orang yang minum
khamr dan mencuri?” Beliau s menjawab:
“Tidak, wahai puteri As-Siddiq. Akan tetapi
mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan
shalat dan berinfaq, namun mereka takut tidak
diterima dari mereka. Mereka adalah orangorang
yang bersegera dalam kebajikan dan
mereka adalah orang yang pertama-tama
mengerjakannya.”
Maka berhati-hatilah, dan sekali lagi berhatihatilah
– dari berpaling ke belakang setelah
mendapatkan petunjuk, dari tersesat setelah
terlindungi! Dan mohonlah kepada Allah untuk
menjadikanmu kekuatan dalam mengerjakan
amal shalih dan terus-menerus melaksanakan
amal kebajikan. Dan mohonlah kepada Allah
agar Dia mebemrikan kepadamu husnul khatimah,
agar Dia menerima Ramadhan dari kita.
Sumber: Ahadits Ash-Shiyam: Ahkam wa Adab (hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar