Senin, 05 September 2011

Mahalnya Persatuan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan dimuliakan oleh Allah ta’ala,bulan yang Allah turunkan padanya rahmat dan barokahnya,bulan yang Allah buka lebar lebar pintu pengampunan bagi hambanya,bulan yang Allah janjikan bagi orang orang yang beriman untuk dibebaskan dari siksaan api neraka.Pada bulan yang mulia ini pula Allah turunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia,dan Allah jadikan sebuah malam pada bulan ini satu malam yang lebih mulia dari 1000 bulan. Salah satu dari sekian banyak nilai yang diajarkan oleh ramadhan adalah nilai persatuan umat atau yang sering disebut dengan ukhuwah islamiyah,karena ibadah ramadhan bukanlah ibadah yang dilakukan secara individual tetapi ibadah ibadah yang ada pada bulan ramadhan adalah ibadah yang sifatnya jama’iyah atau ibadah yang dilakukan bersama jama’ah kaum muslimin karena ibadah itu menyangkut syiar kaum muslimin,sebagaimana yang disabdakan oleh Rosulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaik Al Albani. “Hari Puasa kalian adalah hari dimana kalian semua berpuasa,dan idul fitri adalah hari dimana kalian semua berbuka(Berhari raya)” Begitu indahnya Rosulullah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa berpuasa dan berhari raya harus dilaksanakan bersama dengan jama’ah kaum muslimin. Akan tetapi apa yang terjadi dan apa yang kita saksikan di negara yang kita cintai ini,ketika penetapan akhir ramadhan dan awal syawal 1432 H beberapa waktu yang lalu,bisa kita saksikan ketika sidang isbat masing masing ormas tidak lagi mengedepankan semangat persatuan umat,tetapi masing masing mengedepankan atau berusaha agar pendapatnyalah yang dibenarkan dan dipakai tanpa memperhatikan lagi kepentingan umat secara umum. Kalau kita kembali pada konsep persatuan atau ukhuwah islamiyah,tentumya kalau ada perbedaan maka salah satu harus ada yang merelakan hati dan melapangkan dada untuk menerima pendapat orang lain demi mencapai satu kesepakatan bersama yang dianggap paling benar untuk kepentingan umat. Para Salafushsholih telah memberikan contoh yang nyata bagi kita semua,apabila ada perbedaan antara mereka,untuk kepentingan ukhuwah mereka bersedia meninggalkan sunnah demi menjaga ukhuwah islamiyah. Untuk kepentingan ukhuwah kita harus rela mengorbankan idialisme dan hawa nafsu kita untuk kemashlahatan yang lebih besar.Para ulama memberikan satu kaidah bahwa “Meninggalkan sunnah menuju sunnah yang lain adalah bagian dari sunnah”,artinya ketika kita meniggalkan pendapat kita yang kita anggap benar dan mengikuti pendapat orang lain yang mungkin juga benar demi menjaga ukhuwah islamiyah itu adalah bagian dari sunnah.Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar