Sabtu, 30 Juli 2011

Merenda Harapan Bulan Ramadhan (Implementasi Nilai Ramadhan Dalam Kehidupan Masyarakat)

Saudaraku ramadhan adalah bulan yang mulia dan dimuliakan oleh Allah ta’ala bulan dimana Al Qur’an diturunkan,amalan kita di lipat gandakan,pintu surga dibuka,maghfiroh Allah terbuka luas untuk hambanya.Begitu besar keutamaan dari bulan mulia tersebut lalu apakah kita akan menyia-nyiakan begitu saja?Apakah kita hanya akan terjebak dalam ritual ibadah saja tanpa mencermati nilai dari perintah puasa.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Marilah coba kita cermati perintah puasa dalam surat al baqarah 183 tersebut
Allah menyeru kepada kita dengan kata yaa ayyuhalladzina aamanu (Hai orang orang beriman) bukan dengan hai manusia,ini adalah bentuk penghargaan Allah terhadap hambanya padahal Allah maha tau tentang diri kita yang mungkin sering bermaksiat padanya tetap memberi penghargaan yang sungguh luar biasa dengan memanggil kita hai orang orang yang beriman,orang beriman tingkatan yang lebih tinggi dari pada sekedar seorang muslim.ini mengajarkan pada kita untuk menghargai orang lain walaupun kita sudah tahu kedudukan mereka rendah tetapi tetap kita dudukan pada posisi yang berharga.ini mengajarkan kita untuk tawadhu’ tidak sombong dan mampu menghargai orang lain.

Dalam ayat ini Allah menggunakan kata “kum”(kalian) bukan “ka”(kamu) ini mengindikasikan tentang bentuk jamak yang berarti kita tidak bisa melaksanakan ibadah ini secara maksimal dengan sendirian saja,kita perlu bantuan orang lain mulai dari keluarga,masyarakat sampai pada Negara,untuk menciptakan suasana yang konduksif untuk menjalankan ibadah kita.
Hal ini mengajarkan pada kita untuk peduli dengan lingkungan sekitar kita,tidak ada gunanya jika kita baik tetapi orang orang di sekitar kita perilakunya menyimpang dari syariat islam,berkenaan dengan hal tersebut Rosulullah sudah mencontoh pada kita semua,ketika peristiwa isra’ mi’raj dimana rosulullah mendapat kenikmatan yang luar biasa dengan bertemu secara langsung dengan Allah ta’ala yang tidak diberikan pada nabi yang lain,kalau pada waktu itu rosulullah adalah orang yang tidak peduli dengan masyarakat pasti beliau tidak akan kembali ke dunia karena pada waktu itu di dunia tidak ada yang bisa di harapkan lagi,kita tentu ingat pada waktu itu adalah tahun yang paling menyedihkan bagi rosulullah dimana orang orang yang beliau cintai meninggal dunia,mulai dari istri beliau sampai pada paman yang selalu melindungi dakwah beliau,dan di sisi lain masyarakat arab begitu memusuhi beliau.Sekali lagi seandainya beliau tidak peduli dengan lingkungan sekitar pasti beliau tidak akan kembali ke dunia.

Dan di akhir ayat Allah menggunakan kata “tataqun”(bertaqwa),bukan “muttaqin”(orang yang bertaqwa),Allah menggunakan kata kerja bukan kata sifat ini memberi pelajaran pada kita agar kita senantiasa bergerak/beraktivitas bukan hanya diam karena taqwa itu tidak bisa di capai hanya dengan diam saja harus kita usahakan.Begitu juga ketika kita sedang berpuasa kita tidak boleh menjadikan puasa sebagai alasan untuk megurangi aktivitas kita,bulan ramadhan adalah bulan yang di sana setiap kebaikan akan dilipat gandakan,oleh karena itu alangkah ruginya jika kita hanya menggunakan waktu puasa kita hanya untuk tidur saja.Memang tidur adalah bernilai ibadah tapi apakah kita puas dengan itu saja,coba kita bayangkan dan kita hitung ketika kita beraktivitas,misalkan bekerja,bekerja itu adalah perintah Allah berarti kita akan dapat kebaikan,dengan bekerja kita akan mendapat ma’isyah yang bisa kita gunakan untuk menghidupi keluarga kita itu adalah suatu kebaikan dan ketika ada lebih bisa kita gunakan untuk shodaqah dan itu kebaikan lagi,jadi lebih banyak kebaikan yang kita peroleh dengan beraktivitas dari pada hanya dengan tidur.Jadi adalah hal yang salah ketika kita menjadikan puasa sebagai alasan untuk mengurangi aktivitas kita.
Saudaraku itulah sedikit dari nilai ramadhan yang harus kita fahami dan kita implementasikan dalam kehidupan kita,ramadhan bukan hanya sekedar ibadah ritual saja tetapi menuntut kita untuk bukan hanya peduli terhadap diri kita sendiri tapi juga harus peduli dengan orang lain
Wallahua’alam

Selengkapnya......

Selasa, 26 Juli 2011

Kenikmatan Yang Menipu Oleh:Ibnu Al-Jauzy


Barangsiapa yang berpikir dalam-dalam
dan seksama tentang akhir kehidupan
dunia, ia akan senantiasa waspada. Barangsiapa
yang yakin akan betapa panjangnya jalan yang
akan ditempuh, maka ia akan menyiapkan bekal
sebaik-baiknya. Alangkah anehnya manusia yang
yakin akan sesuatu, namun ia melupakannya dan
betapa anehnya mereka yang mengetahui bahaya
sesuatu, namun ia juga menutup mata! Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti.” (QS Al-
Ahzab [33] : 37)
Anda tahu bahwa anda dikalahkan oleh hawa
nafsu anda, dan anda tahu bahwa anda tak
sanggup menaklukkannya. Alangkah anehnya jika
anda merasa gembira dengan ketertipuan anda
dan larut dalam kealpaan terhadap hal yang
tersembunyi di dalam diri anda. Anda
terperdaya oleh kesehatan anda, namun anda
lupa betapa dekat pnyakit dengan diri anda.
Telah anda saksikan dengan mata kepala anda
sendiri tempat pembaringan akhir anda dan telah
ditampakkan kehadapan anda ranjang-ranjang
kematian oleh orang-orang yang ada di sekitar
anda. Sungguh anda telah tenggelam dan hanyut
dalam kelezatan-kelezatan duniawi, hingga anda
melupakan kehancuran diri anda sendiri.
Engkau laksana tiada mendengar kabar mereka
yang telah lalu
Tidak pula engkau melihat waktu
memperlakukan teman-temanmu
Jika engkau tak sadar bahwa itulah rumah-rumah
mereka yang abadi
Kubur-kubur mereka lenyap diterpa angin
yang menderu
Betapa banyaknya, anda melihat, para penghuni
yang tak pernah memasuki rumahnya sendiri,
sebelum mereka dipaksa memasukinya! Betapa
banyak pemilik singgasana yang terusir oleh
musuh-musuh yang kemudian menguasai
istananya.
Wahai siapa saja yang detik-detik kehidupannya
terus melaju, betapa anehnya mereka, seperti
manusia yang tak tahu dan tak mengerti apa apa.
Bagaimana bisa matanya lelap terpejam
Padahal ia tak tahu kemana akan kembali
Sumber: Syaidul Khatir, (Indonesia) oleh Ibnu al-
Jauzy

Selengkapnya......

Sabtu, 23 Juli 2011

RAMADHAN PERINGATAN BAGI PERSATUAN UMAT Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al – Albani

"Puasa adalah hari dimana kalian berpuasa, Al-
Fithr adalah hari dimana kalian berbuka, sedang
Al-Adha adalah hari dimana kalian menyembelih
kurban."
At-Tirmidzi menilai "Hadits ini gharib hasan."
Al-Hafizh juga pernah meriwayatkan hadits
Aisyah secara mauquf. Hadits itu ditakhrij oleh Al
-Baihaqi melalui jalur Abu Hanifah yang memberitakan:
"Telah meriwayatkan kepadaku Ali bin
Al-Aqmar dari Masruq yang menceritakan:
"Saya hadir di hadapan Aisyah  pada hari
Arafah. la berkata: "Berilah minum sawiq (sejenis
minuman sari buah) kepada Masruq. Dan perbanyaklah
manisannya." Masruq melanjutkan: "Saya
lalu berkata: Sesungguhnya tidak ada yang
menghalangi berpuasa. kecuali kekhawatiranku
bahwa hari ini adalah hari Nahar, Aisyah menjawab:
"Hari Nahar adalah hari dimana manusia
menyembelih hewan kurban. Sedang Al-Fithr
adalah hari dimana mereka berbuka."
Saya berpendapat: Sanad ini jayyid (bagus)
dengan dukungan sanad sebelumnya.
Kandungan Hukumnya.
Imam Tirmidzi mengomentari hadits tersebut:
"Beberapa ulama menafsirkan hadits tersebut
dengan menjeiaskan: "Arti hadits itu adalah puasa
dan berbuka (tidak puasa) bersama jamaah dan
mayoritas manusia." Sementara Ash-Shan'ani di
dalam Subulus-Salam menegaskan: "Hadits itu
menunjukkan bahwa dalam menetapkan hari raya
adalah berdasarkan kesepakatan mayoritas. Orang
yang mengetahui hari raya secara individu. harus
menyesuaikan dengan yang lain. Demikian pula
dalam masalah shalat. berbuka. dan berkorban."
Ibnul-Qayyim menyebutkan pendapat yang
senada di dalam Tahdzibus-Sun an (3/214):
Dikatakan: "Hadits itu mengandung sanggahan
terhadap orang yang berpendapat bahwa seseorang
yang mengetahui terbitnya bulan berdasarkan
perhitungan (hisab) bukan ru'yah boleh
puasa dan boleh tidak. dimana hal ini tidak berlaku
bagi orang yang tidak mengetahuinya. Ada
pula yang mengatakan: Jika satu orang menyaksikan
hilal, sedang hakim belum menetapkannya,
maka tidak boleh berpuasa, seperti kebanyakan
orang."
Abul-Hasan As-Sanadi di dalam kitabnya Hasyiyah
ala Ibni Majah setelah menyebutkan hadits
Abu Hurairah tersebut dari At-Tirmidzi menandaskan:
"Yang jelas makna hadits itu adalah bahwa
perseorangan tidak memiliki pengaruh sedikitpun.
Mereka secara individual juga tidak diperbolehkan
memegang pendapatnya sendiri. Masalah
itu harus diserahkan kepada imam dan jamaah.
Dengan demikian, jika ada seseorang melihat
hilal, namun ditolak (tidak diakui) oleh imam,
maka pendapatnya tidak bisa dipakai. Bahkan ia
sendiri harus mengikuti imam dan jamaah.
Saya berpendapat: Makna inilah yang mudah dipahami
dari hadits di atas. Hal ini diperkuat dengan
hujjah Aisyah  terhadap Masruq yang tidak
mau berpuasa Arafah karena khawatir hari itu hari
Nahar. Aisyah menjelaskan bahwa pendapat pribadi
Masruq tidak bisa dipakai. Mau tidak mau
Masruq harus mengikuti mayoritas. Aisyah menjelaskan:
Nahar adalah hari. dimana manusia menyembelih
kurban. Sedang Al-Fithr adalah hari dimana
mereka harus berbuka."
Saya berpendapat: Inilah yang sepantasnya dipakai
dalam syari'at yang ramah ini, dengan maksud
untuk mempersatukan umat serta merapatkan
barisan mereka. Islam tidak menghendaki umat
bercerai berai hanya karena pendapat minoritas
orang. Karena itu syari'at tidak akan memperhitungkan
pendapat individual, mengenai ibadah-
Oleh: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani v
ibadah yang dilakukan bersama-sama, meskipun
mencapai kebenaran. Seperti puasa, hari raya. shalat
berjamaah, dan Iain-lain. Anda bisa menyaksikan
bagaimana para sahabat bersedia shalat di belakang
sebagian sahabat yang lain. Di antara
mereka ada yang berpendapat menyentuh wanita,
keluarnya darah termasuk yang membatalkan
wudhu". ada pula yang tidak berpendapat
demikian. Ada yang me-nyempumakan shalat di
perjalanan, ada pula yang mengqasharnya. Namun
perbedaan-perbedaan itu tidak menghalangi
mereka untuk bersatu padu. shalat di belakang satu
imam serta menerimanya. Hal ini dikarenakan
mereka mengetahui bahwa berpecah-belah lebih
buruk dibanding berbeda pendapat. Ada seorang
ulama terkemuka di Mina yang praktis pendapat
pribadinya tidak dipakai. demi menghindarkan
dampak negatif yang muncul.
Abu Dawud (1/307) meriwayatkan. bahwa
Utsman _ melakukan shalat di Mina. Sebanyak
empat raka'at. Kemudian Abdullah bin Mas'ud
z memprotesnya tidak setuju: "Saya shalat bersama
Nabi s dua raka'at. Tapi bersama Utsman
pada awal kekhalifahannya empat raka'at. Sebab
itulah barangkali pendapat kalian menjadi berbeda
-beda. Tapi saya lebih senang jika empat raka'at
itu dijadikan dua raka'at. Namun kemudian Ibnu
Mas'ud melakukan shalat empat raka'at. sehingga
dikatakan kepadanya: "Engkau tidak menyetujui
Utsman. tetapi engkau sendiri melakukan shalat
empat raka'at." Mendengar itu Abdullah bin
Mas'ud menjawab: "Perbedaan pendapat ada-lah
buruk." Sanad ini shahih. Imam Ahmad (5/155)
juga meriwayatkan hadits yang senada dengan
ini, dari Abu Dzar _.
Maka hendaklah mereka yang selalu berpecah
belah dalam shalat merenungkan lebih dalam
lagi hadits dan atsar di atas. Juga mereka yang
tidak bersedia mengikuti imam masjid. lebihlebih
dalam masalah shalat witir pada bulan
Ramadhan hanya karena menilainya tidak mengikuti
madzhab yang dianut mereka. Ada pula
orang yang karena tahu sedikit tentang ilmu falak
kemudian melakukan puasa atau berbuka dengan
waktu yang ditetapkannya sendiri, dan berbeda
dengan yang dilakukan oleh mayoritas. la memakai
pendapat pribadinya, tanpa mempertimbangkan
pendapat mayoritas. Bahkan dengan tegas menyatakan
tidak sama dengan mayoritas. Hendaknya
mereka yang demikian itu merenungkan apa yang
telah saya sebutkan, sehingga dapat mengobati kebodohan
yang sebenaraya ada pada diri mereka
sendiri. Supaya barisan umat Islam benar-benar
rapat. Sebab ridha Allah ada di dalam jamaah.

Selengkapnya......

Jumat, 22 Juli 2011

MENYEBARKAN KABAR GEMBIRA AKAN DATANGNYA BULAN RAMADHAN Oleh:Syaikh Abdullah Fauzan


A bu Hurairah _ meriwayatkan bahwa Rasulullah
 berkata:
“Ramadhan telah datang kepadamu – bulan yang
diberkahi. Allah telah mewajibkan atas kalian berpuasa.
Padanya dibuka pintu-pintu surga dan ditutup
pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan
dibelenggu. Milik Allah lah satu malam di dalamnya
yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang
dihalangi dari kebaikan, maka dia telah ditinggalkan.”
(HR Ahmad dan An-Nasa’i).
Hadits tersebut adalah kabar gembira bagi hamba hamba
Allah yang shalih, akan datangnya bulan
Ramadhan yang diberkahi. Nabi  mengabarkan
kepada para sahabatnya akan kedatang bulan
Ramadhan dan hal itu bukanlah sekedar pengabaran
yang sederhana. Bahkan, beliau hendak
memberikan mereka kabar gembira akan sebuah
waktu yang diagungkan dalam setahun, sehingga
orang-orang shalih yang bersegera mengerjakan
amal kebajikan dapat memberikan haknya. Hal ini
karena Rosulullah menjelaskan di dalam hadits tersebut
bahwa Allah telah mempersiapkan bagi hamba hamba-
Nya jalan menuju ampunan dan keridhaan-
Nya – dan untuk itu terdapat banyak cara. Maka
barangsiapa yang melewatkan pengampunan tersebut
selama bulan Ramadhan, maka dia telah
tertinggal dengan ketertinggalan yang sangat.
Di antara keutamaan dan pahala yang besar yang
Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya
adalah Dia telah menyiapkan bagi mereka kesempatan
yang baik yang akan mendatangkan manfaat
bagi orang-orang yang taat kepada-Nya dan bagi
orang-orang yang berlomba-lomba (untuk kebaikan).
Kesempatan-kesemptan yang baik ini adalah
waktu untuk memenuhi harapan dengan memperbanyak
ibadah dan mengangkat kesalahankesalahan
dan kekurangan dengan memperbaiki
diri dan bertaubat.
Tidak ada satu kesempatan pun dari waktu-waktu
yang mulia ini, melainkan Allah telah mewajibkan
di dalamnya amal ketaatan, yang dengannya seseorang
menjadi lebih dekat kepada-Nya. Dan Allah
memiliki perkara-perkara yang paling indah sebagai
hadiah, yang dainugerahkan kepada siapapun yang
dikehendaki-Nya dengan Kemuliaan dan Rahmat-
Nya.
Maka orang yang meraih kebahagiaan yang sesungguhnya
adalah orang yang mengambil manfaat dari
bulan, hari-hari dan jam-jam yang mulia ini dan lebih
dekat kepada perlindungan-Nya bagi mereka,
dengan mengerjakan apa yang diperintahkan bagi
mereka dari amal-amal ketaatan.
Oleh karena itu, mungkin ia akan dianugerahi dengan
satu diantara banyak berkah pada kesempatan kesempatan
itu dan mendapat pertolongan dengannya,
dengan pertolongan yang dapat menyelamatkannya
dari neraka dan apa yang ada di
dalamnya, seperti panasnya yang membara. (Ini
adalah perkataan Ibn Rajab dalam Lata’iful Ma’arif).
Mendapati Ramadhan itu sendiri adalah berkah
yang agung, diberikan kepda orang yang mencapainya
dan meningkat pada kesempatankesempatannya,
dengan berdiri dalam shalat pada
malam harinya dan berpuasa pada siang harinya. Di
dalamnya, ia kembali kepada Pelindungnya – dari
bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-
Nya, dari melalaikan-Nya kepepada mengingat-
Nya, dari menjauh daripada-Nya kepada mendekat
kepada-Nya dengan taubat yang sungguh-sungguh.
Sebagian dari para salaf berkata:
“Sungguh Allah Ta’ala telah menjadikan bulan
Ramadhan sebagai pengganti bagi mahluk-Nya, dimana
mereka dapat berlomba satu sama lain
untuk keridhaan-Nya, dengan mentaati-Nya. Oleh
karenanya, sebuah kelompok yang datang pertama
kali dan karenanya mereka beruntung dan kelompok
lain datang di akhir dan karenanya mereka
gagal.” (Lata’iful Ma’arif oleh Ibnu Rajab).
Demikian juga, seseorang tidak mengetahui
mungkin ini adalah Ramadhan terakhir yang akan
di-temuinya semasa hidupnya jika dia menyempurnakannya.
Berapa banyak laki-laki, wanita dan anak
-anak berpuasa bersama kita tahun lalu, namun
sekarang mereka terkubur di dalam tanah, bergantung
pada amal baik mereka. Dan mereka berharap
untuk lebih banyak berpuasa Ramadhan.
2
Demikian juga, kita semua akan mengikuti jalan mereka.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk bergembira atas kesempatan
yang berharga untuk ketaatan ini, Dan dia tidak boleh meninggalkannya, Sebaliknya
menyibukkan dirinya dengan apa yang akan bermanfaat bagiya dan
apa yang menyebabkan hasilnya akan tetap tertinggal. Untuk apa lagi, selain
sejumlah hari-hari, dimana kita berpuasa di dalamnya dan yang akan segera
berakhir dengan cepat.
Semoga Allah menjadikan kami, demikian juga anda, diantara orang-orang
yang paling banyak mendapatkan amal kebaikan.
Sumber: Ahadits as-Siyam wal Adab hal. 3-15. CallToIslam.Com.

Wahai orang yang di bulan Rajab tidak menghentikan dosanya
Hingga mengdurhakai Rabb-nya di bulan Sya’ban
Sesugguhnya bulan puasa menaungimu setelah keduanya
Janganlah engkau jadikan juga sebagai bulan kemaksiatan
Bacalah Al-Qur’an dan bertasbilah dengan sungguh-sungguh
Karena sesungguhnya dia adalah bulan tasbih dan Al-Qur’an
Berapa banyak engkau mengenal para pendahulumu berpuasa
Maut menyirnakan mereka, membiarkanmu hidup sepeninggal mereka
Yang jauh akan menjadi dekat, alangkah cepatnya
Sumber: Majelis Syahri Ramadhan (id) oleh Syaikh Muhammab bin Shalih Al-Utsaimin
(hal. 14)

Selengkapnya......

Kamis, 21 Juli 2011

Hisab atau Ru’yat


Marhaban Yaa Ramadhan……………..
Sebentar lagi bulan yang mulia dan dimuliakan Allah ta’ala akan menjumpai kita,Syahrur mubarok……..Bulan Ramadhan.
Menjelang datangnya bulan Ramadhan pasti muncul permasalahan klasik yang selalu dan selalu menjadi bahan perbincangan bahkan tidak jarang menjadi pemicu perpecahan antara kaum muslimin yaitu tentang penetapan Awal Ramadhan dan Syawal.
Menurut kitab kitab fiqih penetapan Awal Ramadhan dan Syawal di tentukan berdasarkan dua cara
  1. Dengan melihat bulan (ru`yatul hilal).
    Yaitu dengan cara memperhatikan terbitnya bulan di hari ke 29 bulan Sya`ban. Pada sore hari saat matahari terbenam di ufuk barat. Apabila saat itu nampak bulan sabit meski sangat kecil dan hanya dalam waktu yang singkat, maka ditetapkan bahwa mulai malam itu, umat Islam sudah memasuki tanggal 1 bulan Ramadhan. Jadi bulan Sya`ban umurnya hanya 29 hari bukan 30 hari. Maka ditetapkan untuk melakukan ibadah Ramadhan seperti shalat tarawih, makan sahur dan mulai berpuasa.
  2. (Ikmal) Menggenapkan umur bulan Sya`ban menjadi 30 hari
    Tetapi bila bulan sabit awal Ramadhan sama sekali tidak terlihat, maka umur bulan Sya`ban ditetapkan menjadi 30 hari (ikmal) dan puasa Ramadhan baru dilaksanakan lusanya.
Perintah untuk melakukan ru`yatul hilal dan ikmal ini didasari atas perintah Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra. : Puasalah dengan melihat bulan dan berfithr (berlebaran) dengan melihat bulan, bila tidak nampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya`ban menjadi 30 hari.(HR. Bukhari dan Muslim).
Tetapi belakangan ini muncul metode baru dalam penetapan awal Ramadhan dan Syawal yaitu dengan metode Hisab atau penghitungan ilmu falaq.,Metode ini menurut para ulama adalah termasuk cara yang masyru` karena tidak ada dalil serta isyarat dari Rasulullah SAW untuk menggunakannya. Ini berbeda dengan penentuan waktu shalat dimana Rasulullah SAW tidak memberi perintah secara khusus untuk melihat bayangan matahari atau terbenamnya atau terbitnya atau ada tidaknya mega merah dan seterusnya. Karena tidak ada perintah khusus untuk melakukan rukyat, sehingga penggunaan hisab khusus untuk menetapkan waktu-waktu shalat tidak terlarang dan bisa dibenarkan.
Realita yang ada di masyarakat kita kalangan yang menggunakan metode ini ternyata cukup besar bahkan mungkin termasuk di lingkungan kita tinggal,lallu bagaimanakan sikap kita?
Ini yang harus mendapatkan penyikapan yang bijak jangan sampai hal itu menjadi pemicu perpecahan di kalangan kaum muslimin
Saudaraku perlu diketahui bahwa puasa,idul fitri dan idul adha adalah ibadah jama’i sebagaimana di sabdakan oleh rosulullah dalam hadist yang di shahihkan oleh para ulama
„Shaumlah kalian dihari jama’ah kaum muslimin shoum,dan bukalah(iedlah) kalian di hari jama’ah kaum muslimin ied,...“
Apabila ada seorang yang melihat hilal lalu kesaksiannya ditolak oleh penguasa(Qodhi) kaum muslimin,apakah dia puasa sendiri atau puasa bersama jama’ah?
Menurut pendapat jumhur ulama dan pendapat ini yang di rajihkan oleh Syikhul islam Ibnu Taimiyah bahwa dia puasa bersama kaum muslimin,karena berdasar hadist diatas bahwa puasa itu merupakan ibadah jama’i jadi harus dilaksanakan bersama jama’ah kaum muslimin.......Wallahu’alam
(Maroji’ : Fiqih Sunnah )

Selengkapnya......

Belajar,Dzikir dan Bekerja


Selengkapnya......

Kamis, 14 Juli 2011

Siapakah Aku ?

Siapakah Aku ?
Sebuah pertanyaan simple dan sederhana tetapi ternyata kalau kita telusur lebih jauh akan muncul berbagai macam versi jawaban ,tergantung siapa dan dari sudut pandang mana jawaban itu muncul,yang jelas apapun jawabannya ,pertanyaan itu menuntut kita untuk lebih mengenali diri kita sendiri.


Siapakah aku?................aku adalah manusia.
Mungkin itulah jawaban umum yang bisa kita dapatkan, ya ..kita adalah manusia,manusia yang diciptakan oleh Allah ta’ala,manusia yang terdiri dari dua unsur yaitu unsur jasad dan ruh ,manusia yang dikaruniai oleh Allah ta’ala beberapa potensi yaitu pendengaran,pengelihatan dan hati sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an surat An Nahl ayat 78


78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.


Subhanallahu begitu sempurnanya Allah ta’ala menciptakan kita manusia dengan sebaik baik penciptaan.
Unsur jasad manusia terciptakan dari tanah yang merupakan simbol bahwa manusia mempunyai sisi kehinaan.
Unsur Ruh yang merupakan pemberian dari Allah merupakan simbol bahwa manusia mempunyai sisi kemuliaan.
Artinya bahwa kedudukan manusia itu mulia atau hina tergantung dari manakah antara dua unsur itu yang mendominasi kehidupan manusia ,jika unsur ruh yang lebih mendominasi kehidupan manusia maka dia akan mulia melebihi dari kemuliaan malaikat,tetapi sebaliknya apabila unsur jasad yang lebih mendominasi manusia maka dia akan terhina sampai kedudukannya lebih hina dari pada binatang ternak


Selain kedua unsur tersebut ternyata Allah Ta’ala juga menganugerahkan pada manusia potensi potensi yang mendukung manusia untuk menjalani kehidupan yaitu pendengaran,pengelihatan dan hati atau akal.


Lalu apakah tujuan dari penciptaan manusia yang sedemikian sempurna itu?


Ternyata Allah memberikan semua itu tidak cuma cuma, tetapi ada maksud dan tujuannya yaitu kesemuanya itu diberikan agar manusia bisa beribadah secara sempurna kepada Allah Ta’ala sebagaimana Allah sebutkan dalam firmannya:


56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Adz dzariyat:56)


Sayangnya………??????
Banyak dari manusia yang terlena dengan indahnya dunia,nikmatnya menuruti kebutuhan jasad sehingga terlupakan dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah Ta’ala.


Saudaraku semoga kita selalu terjaga dan teringat dengan begitu sempurnanya penciptaan kita,sehingga kita juga ingat untuk apa kita di ciptakan di dunia ini……….





Selengkapnya......

Jangan padamkan cahayamu

Suatu ketika Imam malik gurunya Imam syafii melihat kecerdasan dan daya hafal dari imam syafii yang luar biasa kemudian beliau berkata pada imam syafii “wahai anakku sugguh aku telah melihat Allah telah meyiratkan cahayanya pada dirimu maka janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan kemaksiatan”

Demikianlah pesan dari imam malik kepada imam syafii yang patut kita renungkan dan kita teladani bahwasannya untuk tetap menjaga cahaya dari Allah yang berupa Hidayah,ilmu dan karunia yang lain yang Allah berikan pada kita adalah dengan menjahui segala bentuk kemaksiaatna,karena sungguh sebuah kemaksiatan itu sekecil apapun pasti akan membawa pengaruh atau akibat pada diri kita.

Imam Al Ghazali membuat perumpaan hati kita dengan sebuah kaca yang bening ,ketika kita berbuat maksiat maka hati kita akan terdapat sebuah noda hitam,dan ketika maksiat itu semakin banyak maka noda itu akan semakin pekat dan menutupi kaca yang bening tersebut sehingga cahaya tidak akan mampu menembus kaca itu,dengan kata lain hati kita tidak akan lagi mampu menerima cahaya hidayah,cahaya iman yang datang kepada kita sehingga hati kita akan menjadi keras tidak lagi peka dan tersentuh dengan ayat ayat Allah ta’ala

Selain itu maksiat juga akan menghalagi kita dari mendapatkan ilmu,padahal ilmu adalah salah satu sarana atau cara Allah ta’ala mengangkat derajat manusia sebagaimana yang di sebutkan Allah dlam surat Al mujadillah

11. Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Saudaraku marilah kita jaga cahaya dari Allah yang ada pada diri kita dengan menjahui segala kemaksiatan sekecil apapun
Mudah mudahan Allah ta’ala memberi kekuatan pada kita semua…..amiin…

Selengkapnya......

Rabu, 13 Juli 2011

Mari Membangun Ikatan Hati Kita

Islam dibangun di atas pondasi aqidah yang kuat dengan struktur bangunan jama’ah yang solid dengan perekat ukhuwah,dan ukhuwah dirajut dengan ta’liful qulub,sebab awal ikatan adalah ikatan hati,perasaan ,pemikiran dan kemudian ikatan tandzim dan kerja.Runtutan tersebut menunjukan bahwa ta’liful qulub adalah awal membangun kerja dalam membangun jama’ah dan menjaga ta’liful qulub merupakan penjagaan terhadap keutuhan dan kesolidan jama’ah.Hal ini sangat nampak dalam ayat ukhuwah ini:


Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara (ali Imran 103)

Ada Hal yang cukup menarik di cermati bahwa ta’liful qulub pada hakekatnya tidak ada yang bisa melakukan kecuali Allah Azza wa jalla,sampai rosulullah pun tidak bisa melakukannya sebagaimana Allah katakan:

dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (Al Anfal: 63 )

Yang Jadi pertanyaan,kalau Allah saja yang menyatukan hati kita,maka kapan dan bagaimana Allah memperlakukan hati kita.Sebab Allah tidak akan melakukan perubahan kondisi hati kita kecuali kita mau melakukan apa yang mungkin bisa kita lakukan.Dan berikut apa yang menjadi penyebab Allah menyatukan hati Kita :

Pertama : Membangun Wala’ terhadap Allah dan Islam
Cinta Dan loyal terhadap Allah merupakan penyebab terbesar ta’liful qulub,Hal itu dikarenakan cinta kepada Allah dibuktikan dengan cinta terhadap hamba hambanya yang Shalih,sehingga ketinggian iman sese orang di ukur seberapa jauh kedekatan seseorang dengan kaum muslimin
Kedua : Kelembutan hati dan sikap mema’afkan

Setiap orang akan merasa senang jika dihadapi dengan kelembutan dan dimaafkan kesalahannya.dan ini akan menghasilkan Kedekatan Hati,sebagaimana yang di isyaratkan Allah dalam Ayat:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (Ali Imran 159)

Ketiga : Meyamakan Fikroh,Persepsi Dan Mencari titik temu,Serta berusaha menghormati perbedaan yang bersifat tidak prinsipil

Ini Sesuai dengan kaidah yang disampaikan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna:
Kita Bekerja Sama Dalam Hal Hal Yang Kita Sepakati Dan Saling Memaklumi Yang Kita Berbeda Pendapatnya.
Mencari titik Persamaan adalah penyebab yang sangat efektif untuk kedekatan hati,dalam kaidah social dikatakan :
“Banyak persamaan melahirkan cinta”
Maka sering kita dapati orang tua yang mencintai anak yang mirip dengan anaknya.Rosulullah melarang kita untuk menyerupai kaum kafir Yahudi dan Nasrani dalam rangka menutup jalan agar kita tidak cinta kepada mereka,dalam hadist dikatakan:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk dari golongan mereka”

Keempat : Berbuat Baik,Memberikan Hadiah.Berziarah,memberikan Salam,Penghargaan Dengan Pujian

Dalam pepatah dikatakan:
Berbuat baiklah kepada orang,niscaya engkau rengkuh hati mereka”
Allah berfirman:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (Fushilat:34)
Rosulullah Bersabda:
“Berilah Hadiah kalian pasti akan saling mencintai”

Kelima: Berdoa
Dan ini yang banyak dilupakan orang,maka banyak orang yang keras hatinya tiba tiba berubah menjadi lembut di sebabkan doa yang dilantunkan di malam hari,kita masih ingat kisah islamnya beberapa para sahabat sebab doa rosulullah buat mereka

Selengkapnya......

Salam Kami

Assalamu'alaikum
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Ta'ala Rabb semesta alam,
Salam dan Sholawat semoga selalu tercurah pada Rosulullah Muhammad Sholallahu 'alaihi wa Salam,imamnya kaum muslimin,panglimanya para mujahidin.
Saudara saudaraku dengan segala kerendahan hati ijinkanlan kami ikut belajar menulis dan posting tulisan di dunia blogger,semoga ini semua memberi manfaat bagi kita semua,dan semoga kita semua terhindar dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat amiin...
Wassalamu'alaikum

Selengkapnya......