Selasa, 23 Agustus 2011

Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Oleh: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Aisyah berkata: “Ketika datang sepuluh
hari terakhr Ramadhan, “Nabi apabila
telah masuk sepuluh malam (yang akhir
dari bulan Ramadhan) maka beliau menghidupkan
malamnya - yakni melakukan ibadat pada
malam harinya itu, juga membangunkan isterinya,
bersungguh-sungguh - dalam ibadah - dan
mengencangkan ikat pinggangnya*.” (HR Bukhari
(4/269) dan Muslim (1174)
Hadits ini adalah dalil bahwa sepuluh hari terakhir
Ramadhan memiliki keutamaan khusus
atas hari-hari lainnya, dimana seseorang hendaknya
bertambah dalam ketaatan dan amal
ibadah, seperti shalat, berdzikir, dan membaca
Al-Qur’an.
Aisyah telah menggabarkan Nabi dan suri
tauladan kita, Muhammad s dengan empat
sifat:
1.Beliau “menghidupkan malam malamnya”,
maksudnya beliau tidak tidur selama
waktu tersebut. Dengan demikian, beliau
tetap terjaga sepanjang malam dalam ibadah
dan beliau menghidupkan jiwanya dengan
menghabiskan malam-malam tersebut tanpa
tidur. Hal ini karena tidur adalah saudara kematian.
Arti “menghidupkan malam-malamnya”
adalah bahwa beliau menghabiskannya
dalam qiyam (shalat malam) dan melakukan
amal ibadah yang dikerjakan karena Allah Rabbul
alamin. Hendaknya kita mengingat bahwa
sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah tetap
dan berbilang.
Adapun dari apa yang telah diriwayatkan mengenai
larangan menghabiskan sepanjang malam
dalam shalat, yang telah disebutkan dari
hadits Abdullah bin Amr, maka hal tersebut
berkenaan dengan seseorang yang melakukannya
secara terus-menerus setiap malam
sepanjang tahun.
2. Beliau “membangunkan keluarganya”,
maksudnya isteri-isteri beliau , ummahatul
mukminin, agar mereka dapat mengambil
bagian dalam mendapatkan kebaikan, dzikir,
dan amal ibadah selama waktu yang diberkahi
tersebut.
3. Beliau “bersungguh-sungguh (dalam
ibadah)”
, maksudnya beliau berjaga dan bersungguh-
sungguh dalam ibadah, menambah
amalan beliau dari apa yang telah beliau kerjakan
di dua puluh hari pertama (Ramadhan). Beliau
melakukan hal ini hanya karena Lailatul
Qadr terdapat dalam satu dari (sepuluh hari terakhir)
hari-hari tersebut.
4. Beliau “mengencangkan ikat pinggangnya”,
artinya bahwa beliau bersungguhsungguh
dan berupaya secara terus-menerus
dalam ibadah. Dikatakan juga bahwa hal itu berarti
belaiu s menjauhkan diri dari wanita.
Sepertinya hal ini lah yang lebih benar karena
hal tersebut senada dengan apa yang telah dise-
butkan sebelumnya dan dengan hadits Anas:
“Beliau menggulung tempat tidurnya dan
menjauh dari wanita (yakni isteri-isteri beliau).”
(Lihat Lata’iful Ma’arif, hal. 219)
Dan juga, beliau melaksanakan ‘itikaf dalam
sepuluh hari terakhir Ramadhan dan orang yang
melakukan ‘itikaf dilarang untuk berhubungan
(berjima’) dengan wanita.
Maka dari itu, wahai saudara-saudaku muslim,
berusahalah untuk mensifati dirimu dengan sifatsifat
ini. Dan jagalah shalat yang anda kerjakan di
tengah malam (tahajud) bersama Imam sebagai
tambahan dari shalat Tarawih (yang dilakukan di
bagian awal malam), sehingga kesungguhan anda
di sepuluh hari terakhir dapat melebihi dari dua
puluh hari yang pertama. Dan agar anda dapat
meraih sifat ‘menghidupkan malam dalam
ibadah” dengan shalat.
Dan anda harus bersabar dalam ketaatan anda
kepada Allah, karena sesungguhnya shalat malam
itu sukar, namun memiliki pahala yang besar.
Demi Allah, ini adalah kesempatan besar dalam
kehidupan seseorang dan sesuatu yang menguntungkan
untuk dimanfaatkan, bagi orang yang
Allah berikan karunia ini kepadanya. Dan seseorang
tidak mengetahui mungkin dia akan menemui
salah satu dari pahala Allah dalam shalat malam.,
yang akhirnya dapat menjadi penolong
baginya di dunia ini dan di hari kemudian. Para
salaful ummah biasa memanjangkan shalat malam,
mengerahkan usaha mereka. As-Sa’ib bin
Yazid berkata:
Abdullah bin Abu Bakar meriwayatkan: “Aku
mendengar ayahku (yakni Abu Bakar) berkata:
“Selama Ramadhan, kami mengakhiri shalat malam
dengan lambat dan kami segera menyuruh
para pembantu untuk menyediakan makanan
(sahur) karena khawatir fajar akan segera
tiba.” (Muwatta Imam Malik, juz 1, hal. 156)
Ada dua bentuk perjuangan jiwa yang dihadapi
kaum Mukminin selama Ramadhan: berjuang di
siang hari dengan berpuasa, dan berjuang di malam
hari dengan qiyam (shalat malam). Maka
barangsiapa yang mengumpulkan keduanya dan
memenuhi hak-hak keduanya, maka ia berada
diantara orang-orang yang sabar – orang-orang
yang akan ‘dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.” (QS Az-Zumar : 10)
Sepuluh hari ini adalah bagian terakhir dari bulan
Ramadhan dan amalan seseorang berdasarkan
amalan terakhirnya. Sehingga mungkin saja
dia menemui Lailatul Qadr ketika sedang berdiri
dalam shalat kepada Allah sehingga seluruh
dosanya di masa lalu diampuni.
Dan seseorang harus mendorong, mengajak dan
membujuk keluarganya untuk melakukan amal
ibadah, khususnya di waktu yang agung ini dimana
tidak seorang pun mengabaikannya kecuali
dia telah ditinggalkan. Yang lebih menakjubkan
lagi dari ini adalah ketika manusia
mengerjakan shalat dan tahajud, sebagian orang
justru menghabiskan waktunya dalam perkumpulan
yang dilarang dan kegiatan-kegiatan
dosa. Hal ini sungguh merupakan kerugian
yang amat besar. Kita memohon perlindungan
kepada Allah.
Oleh Karena itu, tiba pada hari-hari terakhir ini
berarti masuk kedalam buah dari amal shalih
dalam apa yang tersisa pada bulan itu. Sungguh
sayang melihat sebagian manusia melampaui
batas dalam amal shalih, sepeerti shalat dan
membaca Al-Qur’an di bagian pertama dari bulan
Ramadhan, namun kemudian tanda-tanda
kelelahan dan kebosanan mulai tampak pada
mereka setelahnya, khususnya ketika datang
sepuluh hari terakhir Ramadhan. Meskipun kesepuluh
hari terakhir tersebut memiliki lebih
banyak keutamaan dibandingkan yang pertama.
Oleh karena itu seseorang harus menjaga dalam
berusaha, berjuang dan meningkatkan ibadahnya
ketika akhir bulan Ramadhan semakin
dekat. Dan kita hendaknya terus mengingat
bahwa amalan seseorang berdasarkan amalan
terakhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar